Not GOD

October 19, 2018 at 03:01 (Survival)

Being a religious person is easy.. apapun agama yang dipilih.. just vote one, do as u told to do, beribadah setiap saat yang ditentukan, jauhi larangannya.. masuk sorga.. done.. Or, do the opposite, masuk neraka dah.. kelar juga.. But that is another story..

Being a religious person in Indonesia or in some country, kadang ga seberapa mudah.. Banyak konflik kadang, saling salah-salahan, mengaku saling benar, apalagi di masa-masa politik kayak gini, beda agama, beda pilihan, kadang membuat pertemanan ataupun pertalian saudara renggang.. Padahal sebelum 2014 dulu, kayaknya susah gt memotivasi orang ikut pemilu.. I wrote a lot about that, eh sekarang ga perlu dimotivasi, orang-orang dah jadi Polligan (Political Holligan).. Ga cuma sepak bola yang punya pendukung siap mati, politikpun juga sekarang, ga perlu lagi memotivasi orang agar ikut pemilu.. But, thats also another story..

Balik lagi ke being a religious person di Indonesia, ga cuma politik, mau pacaran dan nikah beda agama aja susahnya bukan main.. Jangankan ortu yang protes, ataupun pemuka agama yang ga mau ngesahkan, negara pun ga mengijinkan.. Bahkan ketika diajukan ke MK, tetap ga boleh nikah beda agama, dengan satu alasan dan lainnya, padahal katanya itu hak warga negara memilih agama, menikah pun juga hak, tapi menikah beda agama ga dibolehin, mending “pura-pura” pindah agama dulu, terus nikah, sisanya terserah.. Tapi well, it will be a long debate about that, and still thats another story..

Yang mulai agak susah adalah, being a religious person DAN juga jadi anaknya pemuka agama.. Beuh, melelahkan hahahaha.. Ga bisa bolos ibadah, harus rajin sembahyang/doa, mau nakal dikit dipelototin banyak orang.. Too much tekanan batin wkwkkwwkwk.. So, sometime hanya ada 2 (dua) pilihan buat anak-anak pemuka agama ini, antara ngikut jejak orang tuanya (baik, alim, religius), atau the exact opposite, or as I always said, dunia ini perlu Yin dan Yang, the good and the bad, kalau ortunya dah religius, satu-satunya cara agar dunia ini seimbang, anaknya ga bole religius juga, harus kebalikannya, which is.. .. .. Huahahahahaha (vampire maniacal laugh).. But, eventhough this topic is interesting, that is another story..

Yang paling susah malah terkadang, being an atheist, multitheist, ataupun agnostik.. If you cant tell whats the different between those 3 (three), u better stop reading here, coz whatever written next, might only bring a debate, and this is my story..

534847d1b9184075ef3293056fbd0015

I ended the previous article with a sentence that: “Dad is just a human, NOT GOD”..

If dad is not a God, is there a God? If there is a God, is it a good God, or a bad God?

Is it a bad God? If it is bad, isnt it the devil itself?

Is it a good God? If it is good, why does it give cancer to my dad?

 

I’ve been gone to almost all stage.. an atheist, a multitheist, and agnostik, and occasionally in my free time, I try to create my own believe, understanding my own existence, analyzing the concept of God itself, not only from the perspective of many religion, but by my own experience and knowledge.. Looks cool when I write it like this, tapi dengan kata lain, terutama di Indo, tulisan diatas ga dianggap cool, malah kadang bisa dirangkum hanya dengan 1 (satu) kata singkat.. MURTAD..

There’s a good intermezzo told saat Stephen Hawking meninggal.. Dia yang juga mengaku atheist dalam penelitian dia, seringkali mengatakan bahwa dia tidak percaya Tuhan, tapi (as I recall) dia juga mengatakan, kalau dalam usahaku mencari dan membuktikan keberadaan Tuhan itu berhasil, maka aku tidak akan atheist lagi dan akan saat itu juga beragama.. Ketika dia meninggal, ternyata dia berhenti di pintu sorga, dan disana sudah jutaan orang antri masuk gerbang sorga, di barisan antrian, ada pendeta, pastor, biksu, ulama, dan semua pemimpin-pemimpin agama-agama di dunia.. Semuanya antri masuk, sambil dicatat oleh malaikat penjaga gerbang.. Ketika malaikat melihat Hawking, malaikat ini berkata: “Eh, mas Hawking ya? Sini-sini mas, monggo, masuk duluan, VVIP”.. Dan seketika itu juga antrian yang panjang itu protes, ya iyalah jangankan gerbang sorga, mau antri starbucks trs diserobot aja betenya bukan main, apalagi kalau lagi antri pintu tol yang cuma 2 jalur, terus ada mobil ikutan antri dari jalur ke 3, 4, 5, dan bahkan ke 6 bikin jalur sendiri, ya sebel ya to (wkwkwkw, pengalaman tmn)..

Pemimpin-pemimpin agama itu protes ke malaikat: “Dia kan atheist, ga percaya Tuhan, kita yang pemimpin agama aja disuru antri, kok malah dia diduluin?”.. Malaikatnya kemudian jawab: “Yes, he is an atheist.. Tapi, dia menghabiskan setiap detik dari hidupnya untuk mencari Tuhan, sedangkan kalian yang percaya Tuhan, hanya beribadah, mengikuti ajaran kitab-kitab, tapi sudah tidak lagi mencari Tuhan secara esensi/keberadaanNya.. Yen sik protes ae, dak jejek nang neraka kowe mengko”, kata si Malaikat..

Intermezzo diatas menarik, apalagi ketika anda mau membayangkan ketemu malaikat tapi dia berbahasa Jawa Ngoko, tapi tetap cerita diatas bukanlah suatu pembelaan untuk menjadi murtad.. Termasuk buat saya.. Saya dah biasa dimurtadkan, ataupun memurtadkan diri sendiri.. Seperti kata pepatah, “Anggaplah dirimu murtad, sebelum km dianggap murtad oleh orang lain”.. Mbuh pepatah ngendi..

A story if you really wanna learn deeper, watch the movie PK by Aamir Khan, its a good one..

maxresdefault1

In my believe, ketika manusia dikaruniai otak dan pikiran untuk berpikir dan menganalisa, we have to use it, including to find God itself.. If it is really exist, especially beyond religion? Jika sorga dan neraka tak pernah ada (I bet you sing it :p ) masihkah kita beragama? I have many concept about God, creation, sorga, neraka, dan lain sebagainya, tapi terlepas ketidakpercayaan saya saat ini terhadap agama (apapun itu), I believe that there is a God beyond religion.. Trust me, my concept is good on this one.. Tapi ketika bapak sakit, i started to question: Is it really a God?

Kalaupun memang ada Tuhan, apapun agama yang dia anut, kok tega sih ngasi kanker ke bapak? Jangankan bapak, kok tega, kadang ngasi penyakit berat ke bayi baru lahir? Ya OK, semua kehendak yang di atas (sambil ngliat plafon rumah), tapi kalau memang segala sesuatu ada untuk mengajar manusia, itu cuma berlaku buat bapak ibunya, lha si bayi ini, salah apa? Baru lahir, ngrasain sakit, trs harus meninggal saat bayi misalnya, emang dia bakal langsung masuk sorga (karena belum berdosa) atau bakal dilahirkan lagi (reinkarnasi).. Kok ya cik tega’e si Tuhan? The smaller the coffin, the heavier it gets.. Kanker Bapak pula, sejak lahir ceprot, masuk Pendidikan Guru Agama, cita-cita jadi pemimpin agama, susah payah cari beasiswa, insomnia 4-5 hari ditahan-tahan biar lulus walaupun cuma bisa Sarjana Muda agar bisa melayani Tuhan dan sesama.. Abis gt hampir 50 tahun dihabiskannya dari usianya yang 70 saat ini dipakai melayani Tuhan, kok ya cik tega’e si Tuhan? Lha kalau Bapak aja gitu, apalagi anaknya yang murtad ini?

My brain cant stop thinking.. I overthink.. I sometime overthink that I overthink about thinking.. Menggugat Tuhan.. Makin murtad lagi lah aku kata orang-orang.. But then I found an enlighment, at least for myself, and not for somebody else, so again if you reading this, and wanna debate me, dont.. You will only be neglected and forgotten..

For me, there is no God.. Only a Creator..

A Creator, create many things.. Create the whole wide universe, menciptakan bumi dan segala isinya, menciptakan ciptaannya yang paling sempurna (sampai artikel ini ditulis) yakni manusia.. Human is amazing, the more you learn about medical stuff about the existence of human being, you will be amazed of how we being created.. But, ya udah, gt aja..

Sama kayak orang yang menciptakan Handphone, Mobil, TV, Komputer dsb, semua pencipta jelas berharap ciptaannya awet 100%, bertahan selamanya, diberikan pengaman antivirus, diberikan kemampuan adaptasi atau upgrade, dijejali teknologi yang aduhai.. Tapi kayak apapun, sesempurna apapun dibikin, tetap kadang ada errornya, kadang salah pemakaian, kadang ga pas njalaninnya.. Akhirnya, rusak juga..

Handphone, ga disimpen dengan baik, jatuh-jatuh, ngechargenya kelamaan, rusak juga.. Manusia juga gt, ga jaga diri, kecelakaan, kebanyakan nge-bir, ngerokok, sakit juga.. Tapi kayak nokia, ada juga manusia yang sehat walafiat umur panjang..

Mobil, lupa ga diservis, tiba-tiba aki soak, rem blong karena kampas dah tipis.. Manusia juga gt, jarang medical check up, jarang periksa, tiba-tiba serangan jantung, gara-gara kebanyakan makan berlemak..

TV asal nonton, ceklak ceklek, pencet remote, tapi lupa ga pasang UPS, jadinya voltase naik turun, bikin layar jebol.. Manusia juga gt, kebanyakan tidur, kebanyakan kerja, lupa olahraga, bisa sakit pula..

Komputer, dikasi antivirus, bisa mengusir virus sendiri.. Manusia juga gt, sudah diberikan anugerah sel darah putih dsb, kulit yang bisa ber-regenerasi jutaan kali, dsb dsb.. Tapi tetap kadang ada virus baru, penyakit baru, unavoidable..

And that is exactly why it is a Creator, and NOT GOD.. Setelah diciptakan, sesempurna apapun, pencipta ga turut serta dalam perkembangan ciptaan-Nya.. Jadi bukannya Tuhan menaruh penyakit di Bapak, ya memang ada sakit yang tidak bisa dihindari, terlepas apapun penyebabnya..

Eh, bocah murtad, emang ga pernah dengar adanya mujizat orang bisa sembuh 100% walaupun sakit berat? Ya pernah, dan ga hanya dengar mujizat, tapi juga cerita tentang fuzzy system, sistem cerdas, dimana jaringan saraf tiruan (JST) yang ditanamkan pada komputer, bisa mempelajari hal baru (setelah sekian iterasi) tanpa perlu diajari oleh penciptanya.. Check on how Zuckerberg try to create a smart Artificial Intelligent (AI), dan kemudian his 2 (two) AI chat to each other dengan a whole new language (tidak ada di bahasa manusia ataupun bahasa komputer) yang tidak diajarkan/dimengerti oleh Zuckerberg, it frighten him, so he ended the project..

FB language

It exist, and our Creator has create a fuzzy system in all of us, yang terkadang beberapa diantaranya mengembangkan iterasi yang cukup untuk kemudian melawan penyakit-penyakit berat ini.. Our Creator is that good, but it is NOT GOD..

Dan setelah semisal manusia mati, terus gimana? Masuk sorga? Ketendang ke Neraka? Reinkarnasi? Hehehehe, unfortunately my friend that is a different story..

Siji siji yooooo.. (kata saya yang sudah capek ngetik, dan juga kata si malaikat yang tadi masih jagain antrian gerbang sorga, sambil nyruput starbucksnya)..

Permalink Leave a Comment

Only HUMAN

October 14, 2018 at 23:30 (Survival)

Only HUMAN.. Dad is merely just human.. As Jason Mraz said, made of flesh, made of sand, made of human..

The prognosis is not so good.. 2 minggu lalu, saat rangkaian tulisan ini mulai ditulis, dad was experiencing gejala parkinson and delirium.. Which mean not only he was shaken and unable to walk straight, nor having brakes when he’s walking, but also dia kehilangan kemampuan untuk merespon baik kata-kata ataupun tindakan, dan one of the worst is juga unable to recognize even his closest relatives (in this case me, mom, and sist)..

Delirium sendiri, bisa disebabkan beberapa hal.. Metastase (penyebaran) kanker di jaringan otak salah satunya.. Few months ago, neuro doctor said it was OK, its minimum, so no need to having another treatment in his brain.. Other possibilities was age catching up.. As neuron on every human brain will started to deceased every day since they are 20 years old, dad could experience this cause.. Other last possibilities was too many medicine taken, and this last one, is the only thing I could do to decrease the cause..

12-15 pills/day, thats the amount of medication he had to take.. Obat kemo, obat penguat lambung sebelum kemo, obat mual, obat tensi, obat gula, obat sesak, obat batuk, obat jantung, you name it, most probably we had it all.. We eventually decrease it up to 5 pills/day, lately even 3 pills/day.. And the rest, is only given depending on his needs (semisal sesak, maka baru dikasi obat sesak).. And it work, damn it work, the last 10 days, dad was back to normal.. He ate a lot, drink a lot, able to recognize mom, me, sist, and anybody else, speak many words, bahkan terkadang mau jalan kaki 50-100 meter di dalam kompleks.. Its a positive signs of healthy..

However, 10 days is what we got.. Setelah itu, bapak mulai ngedrop lagi.. Ga cuma jalan miring, untuk berdiri aja gemetar, dan kembali irresponsive dan lebih tidak mengenali tamu-tamu yang datang membesuk.. So, i guess that could happen on and on and on.. Kadang sehat, kadang ngedrop, begitu seterusnya.. Afterall, he is only human..

Kadang terbersit pertanyaan, kenapa harus bapak? Terkadang terbersit pemikiran juga, kasian bapak udah ga kuat, how long can he hold on? Is it better this way, or is it better the other way.. But we are not entitled to choose, kami hanya bisa mencoba memahami dan menjalani.. I remember once wrote about Life it self.. Bagaimana orang berusaha memahami hidup, dan bagaimana juga orang berusaha menjalani hidup.. Dalam tulisan Memahami dan Menjalani Hidup, Soren Kierkegaard yang saya kutip waktu itu mengatakan: Hidup hanya bisa dipahami bila kita melihat ke belakang, dan hanya bisa dijalani bila kita melihat ke depan.. Tapi, benarkah?

Sulit memahami tentang penyakit bapak, tentang kenapa harus bapak, dan sampai kapan bapak bisa bertahan.. Dan, lebih tidak mudah juga menjalani hari-hari kedepan, dimana bapak akan terus up and down situasinya.. But we are only human, who sometimes cannot choose permasalahan yang harus kita hadapi.. Some religius quote said: Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang lebih besar dari yang kita bisa tanggung, but seeing dad in pain, I believe if He really exist, He did give a bigger trial to dad, more than he can bear..

Rangkaian tulisan ini.. Dimulai dari Suatu Adenocarcinoma, Masih Untung, SUSAH bukan berarti GAK BISA, dan yang terakhir Losing Hope mungkin akan berhenti disini, mungkin juga ngga.. So, I might not able to update about dad continuosly.. For those yang menyempatkan diri repot-repot ngeklik dan ngebaca, thanks.. For those yang menyempatkan diri menyapa dan menguatkan, also thanks.. For those yang knowing me or dad or mom, dan mampir besuk, maaf kalau bapak ga mengenali hahahahaha, jangan berkecil hati, tetaplah berusaha, toh kadang dia juga ga inget sapa saya, but still, thanks juga.. Yang pasti, kunjungan-kunjungan itu menguatkan ibuk (menguatkan dalam artian support ya, nyokap si tetep selalu nangis tiap dikunjungi dan cerita wkwkwk, apalagi diakhiri doa, meneteslah air mata ibuk)..

All of this writing was made and written for 2 (two) purposes only.. One, to share experience, semoga ada bagian-bagian yang mungkin bisa menjadi informasi buat mereka yang mengalami hal yang sama, toh tema besar blog ini adalah “never stop learning, never stop sharing, never stop create life for others”.. Mungkin ada yang baru mengalami, mungkin ada yang capek ngurus BPJS, mungkin ada yang lose hope.. Second, believe it or not hahaha, i too need therapy, and writing, learning, sharing, is one of my way of therapy.. Lagian, walaupun gw aslinya cengeng, writing is more macho daripada nangis di depan umum wkwkwkkw..

Me however, I am not giving up yet, no matter how much dad or mom lose hope, no matter how declining dad condition is.. I’m still me, sebagaimana akhir di tulisan yang pertama.. For me right now, i can only quote (I made this by the way hahaha): Diniati, dilakoni, lan dinikmati, siji-siji, nganti mari.. Diniati, dijalani, dan dinikmati, satu-satu, sampai selesai (atau sembuh, dalam ambiguitas bahasa jawa)..

Afterall, we are only HUMAN, not GOD..

Permalink 1 Comment