Gerbang Neraka

December 14, 2010 at 00:20 (Catatan Ringan) (, )

=======================================================================

A SHORT VISIT TO THE HELL’S GATE

(KUNJUNGAN SINGKAT KE GERBANG NERAKA)

=======================================================================

Beberapa saat yang lalu, saya mendapatkan sebuah kesempatan untuk berkunjung ke sebuah pabrik baja. Sebuah industri yang mengumpulkan besi-besi dan baja-baja tua, mengumpulkannya dalam sebuah gudang raksasa, kemudian dileburkan menjadi logam cair dalam suhu yang teramat tinggi, yang selanjutnya dicetak kembali menjadi besi ataupun baja yang bisa digunakan untuk proses pembangunan berikutnya. Sebuah kunjungan singkat ke gerbang neraka, demikian saya menyebutnya.

Sedikit intermezzo sebelum saya menceritakan kesemuanya. Jika lain kali anda mendapatkan kesempatan yang serupa dengan saya untuk mengunjungi pabrik baja ataupun mungkin malah bekerja disana, berikut adalah beberapa hal yang wajib anda lakukan / miliki:

1. Kartu Pengenal

Wajib anda pakai kapanpun dan dimanapun. Biasanya terbagi menjadi beberapa golongan, dimana masing-masing golongan memiliki akses yang terbatas untuk beberapa site ataupun unlimited access.

2. Safety Helmet

Jika anda hanya berkunjung ke lobi kantor ataupun ruang rapat, mungkin tak bermasalah jika anda tidak memakainya. Tapi wajib hukumnya anda pakai jika anda memasuki daerah pabrik/produksi. Secara umum, fungsi safety helmet adalah untuk melindungi kepala anda dari benturan ringan/kejatuhan benda berat, walaupun bagi saya helm ini juga cukup tidak berguna jika semisal anda kejatuhan baja 10 ton ataupun ketetesan logam cair yang dijamin akan membuat leleh helm dan otak anda (in case you got one) :p But for precaution, please do wear them, karena jika anda tidak membawanya, dan pabrik sedang tidak ada stock untuk anda pinjam, mostly anda akan diminta untuk pulang dan beli terlebih dahulu.

3. Safety Shoes

Sama seperti safety helmet, walaupun pemakaiannya tidak seketat aturan safety helmet, dengan baja pada ujungnya, sepatu ini pun berfungsi untuk melindungi kaki anda (jari, terutama) dari benturan benda keras. But again, bagi saya, jika sampai kaki anda terlindas mesin seberat 150 ton atau lebih, sepatu itu tidak akan banyak berguna, but still, do wear them for your own safety.

4. Masker

Besi dan baja dipotong dan dilebur sedemikian rupa sehingga hampir kesemua daerahnya dipenuhi oleh debu ataupun serbuk besi. Jika anda memperhatikan dengan seksama, udara di sekitar pun akan penuh dengan serbuk debu yang halus. Di beberapa tempat bahkan hanya dalam tempo kurang dari 1 tahun, tumpukan debu bisa mencapai ketebalan 15 cm. Dalam beberapa menit saja (dari pengalaman pribadi saya) tiap debu tersebut sudah terasakan masuk ke tenggorokan saya dan membuat saya serak selama beberapa hari. Jadi, kecuali anda ingin memiliki zat besi tambahan dalam tubuh anda yang bisa menyebabkan anda tidak lolos pemeriksaan besi di bandara :p gunakan masker, minimal dua lapis.

5. Celana

Suatu perangkat yang paling wajib, jika anda mengunjungi pabrik baja ataupun pabrik apapun. Kenapa? Karena tidak mungkin anda mengunjungi suatu pabrik hanya dengan menggunakan celana dalam (altough, saya tidak keberatan jika banyak pekerja cewenya). Jadi please use them :p

=======================================================================

OK, jika seandainya semua peralatan anda sudah siap, akan saya kenalkan sedikit dari bagian pengolahan baja tersebut, dengan istilah-istilah yang lebih awam tentunya.

1. Daerah pabrik

Daerah pabrik disini yang saya maksud adalah daerah sekitar pengolahan dan produksi. Disinilah truk-truk dan kontainer-kontainer lalu lalang setiap saatnya. Debu dan serbuk besi seakan sudah menjadi pengganti dari aspal jalan, dan tiap kali anda berpapasan dengan salah satu kendaraan raksasa tersebut, dijamin tebaran serbuk besi akan terhempaskan ke kaca mobil anda dengan suara yang mengerikan seakan mampu untuk memecahnya.

2. Scrap Yard

Besi-besi dan baja-baja tua yang dikumpulkan tadi, diangkut oleh mesin berkekuatan 10-20 ton (memiliki berat hampir 2x kapasitasnya), memiliki cakar seperti yang ditampilkan dalam film Transformer, salah seorang tokoh antagonis bernama Devastator.

3. Dapur Baja

Disinilah besi-besi dan baja-baja tersebut dilelehkan dalam sebuah panci raksasa, oleh panas api bersuhu lebih dari 1000 derajat celcius, yang kemudian siap untuk dicetak. Diangkat oleh mesin-mesin berkapasitas sampai dengan 150 ton (dengan berat lebih dari 2x kapasitasnya)

4. Pencetakan

Logam cair tersebut kemudian dicetak sesuai dengan kebutuhan. Dari wire rod yang menyerupai kawat, sampai dengan baja cor dengan ketebalan puluhan sentimeter.

=======================================================================

Nah, mengapa saya menyebutnya kunjungan singkat ke gerbang neraka? Berikut alasan saya.

Saya seorang electrical engineer, dan tugas saya salah satunya adalah memastikan mesin-mesin berkapasitas raksasa tersebut bisa bekerja dengan baik dan dengan aman, walaupun tetap kemungkinan kegagalan baik secara mesin, prosedural, ataupun human error masih saja bisa terjadi dan berakibat fatal.

Tugas pertama saya adalah di mesin scrap yard. Saya harus naik ke sebuah gedung berangka baja raksasa, tanpa anak tangga yang memadai, kurang lebih 15 meter diatas tanah, dan dibawah dari mesin ini adalah tumpukan besi dan baja tua yang siap untuk menghempaskan apapun yang jatuh keatasnya.

Untuk mencapai mesin itu sendiri, saya harus siap bergelantungan, berpegangan pada tembok disebelahnya, dan juga berjalan di atas setapak yang kurang lebih hanya selebar 50 cm. Cukup menyenangkan dan tidak seberapa menakutkan, walaupun 1 bulan sebulannya sempat ada seorang pekerja yang terbelah menjadi dua terlindas mesin raksasa tersebut (operator tidak melihatnya) ketika dia sedang mengelas rel di setapak tadi, jalur yang sama yang saya lewati.

Tugas selanjutnyalah yang membuat saya nyaris tak percaya. Saya harus survey mesin di dapur, di pelelehan baja/besi, untuk membuat solusi yang baik untuk mesin itu.

Ketinggiannya? Lebih dari 30 meter.

Tingkat debu? Menakjubkan banyaknya. Saya sudah menggunakan masker rangkap dua, dan saya masih merasakan debu-debu itu masuk ke larink-larink tenggorokan saya. Disinilah saya menemukan ketebalan debu sampai dengan 15 cm/tahun.

Jalan setapak? Lebih kecil, hanya selebar 30 cm. Dan, tidak ada yang bisa dijadikan pegangan. Di kiri dan kanan saya hanyalah mesin-mesin 300 ton yang bergerak di rel pada bagian tepi setapak itu. Berpegangan pada mesin-mesin itu, sama saja meminta untuk ditarik dan dilindas olehnya. Jika mesin-mesin itu sudah lewat? Nun jauh dibawah sana, adalah panci-panci raksasa dengan logam cair berwarna merah membara yang siap meleburkan apapun yang jatuh kedalamnya.

Api dan logam cair tersebut seketika mengingatkan saya atas panasnya lahar merapi. Kembali cerita dari pekerja yang ada disana, pernah salah satu tali penahan panci logam cair tersebut putus, laharnya melahap hampir satu kawasan gedung tersebut, memakan belasan korban dan membutuhkan waktu berjam-jam untuk mendinginkan dan mengamankan logam cair tersebut.

Sejenak berjalan di setapak yang kecil tadi tanpa pegangan, tiba-tiba seorang pekerja yang menjadi guide kami berteriak ”STOP PAK !! Jangan maju dulu, mereka akan melebur baja. Apinya bakal sampai keatas sini !!” Coba anda bayangkan, apa yang tiba-tiba muncul di pikiran saya ketika mendengar aba-aba seperti itu? Mundur tak bisa, ke kiri dan kanan loncatpun leleh, maju ataupun tetap diam, mungkin terbakar. Sayapun hanya bisa diam, berjongkok, menunggu, dan berharap agar apinya tidak sampai ke bagian dimana saya berdiri.

Sembari saya jongkok dan menunggu, saya merasakan bukan main panasnya, berada 30 meter diatas panci-panci raksasa tersebut tidak mengurangi sedikitpun panasnya api yang bisa mencapai suhu 1000 derajat celcius tersebut. Tubuh saya tak sampai berkeringat, panasnya begitu menyengat terasa di setiap bagian kulit saya. Terasa bagaikan ada yang menyalakan korek api dikulit saya. Udaranya sangat kering dan berdebu, membuat nafas saya tersengal tapi bukan karena lelah, tapi karena sangat sedikitnya oksigen yang ada disana.

And there I was, berani mengakui ataupun tidak, saya takut jika harus berakhir di tempat ini. Saya takut jika mungkin saya tidak akan menyelesaikan tugas saya dengan baik di tempat ini. Saya takut bahwa mungkin saya tidak bisa pulang dan menemui orang-orang yang saya kasihi.

Sembari saya ketakutan, masih dengan merasakan panas yang sama, saya terpikirkan lagu John Lennon, Imagine dan juga sebuah lagu dari Ari Lasso (kalau saya tidak salah) dimana mereka berdua menyatakan hal yang sama mengenai jika semisal tidak ada yang namanya sorga ataupun neraka. Mungkinkah orang tidak perlu berebut berbuat kebajikan dan ataupun semua ingin berbuat dosa karena tak ada lagi neraka?

Saya hanya bisa menyimpulkan, jika memang neraka itu ada, dan telah diceritakan dalam berbagai kitab suci bermacam agama, bagaimana hebatnya api yang membara didalamnya; dan jika di dunia ini, manusia sudah bisa membuat suatu keadaan yang sangat menyiksa tubuh saya di pabrik baja itu, saya tidak bisa membayangkan apa yang akan dihadapi di neraka.

Pengalaman tadi memberikan gambaran baru bagi saya. Semoga juga buat anda. Sebuah kunjungan singkat ke gerbang neraka.

=======================================================================

bersyukur untuk masih bisa pulang dengan selamat

– Tuhan memberkati –

=======================================================================

Permalink 6 Comments