Kontradiksi

April 29, 2010 at 23:15 (Cool Quote) ()

=======================================================================

Nousos hugieien epoiesen hedu kai agathon,

limos koron,

kamatos anapausin..

=======================================================================

Penyakit membuat kesehatan itu membahagiakan,

kelaparan membuat kenyang itu enak,

dan kelelahan membuat istirahat itu melegakan..

=======================================================================

“Heraklitus”

=======================================================================

Permalink 2 Comments

Anti Teori

April 14, 2010 at 18:44 (Development Program, Survival) (, )

=======================================================================

TEORI, terdefinisikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sebagai berikut:

  1. Pendapat yg didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi
  2. Penyelidikan eksperimental yg mampu menghasilkan fakta berdasarkan ilmu pasti, logika, metodologi, dan argumentasi
  3. Asas dan hukum umum yg menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan
  4. Pendapat, cara, dan aturan untuk melakukan sesuatu

ANTI TEORI, bisa didefinisikan sebagai kebalikan dari kesemua itu.

Saya pernah membuat kutipan mengenai motivasi, “You can learn how to motivate people, you can also be a great motivator, but to motivate yourself is never an easy thing to do”.

Pertanyaan pertama. Mungkinkah seorang motivator, mengalami demotivasi dalam hidupnya? Mungkinkah seorang yang notabene dituntut untuk selalu bisa memberi nasihat ke orang lain, menguatkan orang lain (saya ambil contoh saja seorang Pemimpin Agama, Konsultan, Staf HRD, ataupun Psikolog), tiba-tiba membutuhkan nasihat dan penguatan dari orang lain?

Well, mengutip lagu lama dari grup band Serious, “Rocker juga manusia”, maka motivator-motivator itupun, para pemimpin agama, konsultan, staf HRD, dan psikolog, merekapun sayangnya juga manusia, yang dalam kehebatan mereka memberi nasehat ke orang lain, dalam pola pikir dan pandangan positif mereka terhadap hidup, mereka tetaplah seorang manusia yang oleh karena permasalahan tertentu bisa drop, bisa jatuh, bisa memiliki pandangan yang sangat negatif akan hidup, bisa terdemotivasi.

Then, what next? Apa yang akan terjadi jika mereka terdemotivasi? Apakah mereka mencari rekan-rekan seprofesi yang bisa menasehati mereka? Apakah mereka membaca lagi tulisan-tulisan yang mereka tulis? Ataukah mereka mencoba memotivasi diri sendiri?

Ketika pertama kali saya memikirkan akan hal ini, terjadi ketika (again) saya mendapatkan permasalahan yang cukup menjatuhkan motivasi saya dalam hidup, dan permasalahan itu benar-benar melemahkan saya. Dengan pengalaman saya me-manage wacana, saya mencoba untuk mengumpulkan semua logika, teori dan pilihan yang ada untuk mencoba mencari jalan terbaik bagi permasalahan saya. Dan saat itu, pilihan terbaik adalah dengan keep on going, move on, lanjutkan hidup, lupakan permasalahan saya yang seakan sudah seperti nasi yang menjadi bubur.

Tapi anehnya, otak saya seakan menolak jawaban itu, otak saya mengatakan “No, I have to settle down this matter, I have to make things right, I cannot give up, I must not give up”. Padahal dari sisi lain, saya tahu, saya sadar dengan sungguh, bahwa ketika saya tidak menyerah, ketika saya tidak move on melanjutkan hidup, maka saya yang akan tetap tersiksa dengan permasalahan saya, tetap meratapi hidup, tetap ter-demotivasi.

Terlalu ter-demotivasinya saya, sampai-sampai saya sempat dinasehati oleh teman saya, suatu nasehat yang sangat basic sekali bahkan, bukan nasehat yang sangat hebat dan bisa membangkitkan semangat seseorang. Sedikit memalukan sebenarnya bagi saya.

Sampai suatu saat, teman saya yang lain menyebutkan kata ANTI TEORI kepada saya, yang mungkin sebenarnya hanya keceplosan saja, tanpa mengerti jelas maksud penggunaannya. Dia mengatakan kepada saya, “Yes, mungkin kamu seorang motivator, yang punya teori bagus dalam menghadapi hidup, punya pandangan-pandangan motivasi yang keren, tapi masalahnya saat ini kamu sedang tidak sehat (stress karena permasalahan saya), sehingga bisa jadi walaupun kamu pintar, tapi teori dan solusi yang kamu munculkan ini juga jadi tidak sehat, walaupun kamu merasa itu sudah yang terbaik. Cobalah cari anti teori nya, yang bisa membantu kamu mencari jalan keluar yang paling benar, tidak hanya benar menurut diri kamu sendiri”.

Ketika dia mengatakan itu, semua kembali masuk akal.

Sedikit mengenai diri saya, saya jarang bercerita permasalahan saya ke orang lain, mungkin karena ini sifat turunan dari ayah saya juga, sehingga tiap kali saya ada permasalahan, saya lebih sering (hampir tiap saat bahkan) memendam dan mencari solusinya sendiri, karena saya tidak mau merepotkan orang lain, menambahkan beban pikiran ke orang lain. Di satu sisi itu bagus, karena tidak merepotkan orang lain, tidak membuat mereka ikut sedih akan masalah saya, tapi di sisi yang lain, beban pikiran diri sendiri akan bertambah dan bertambah dan bertambah dan membebani sangat berat. Trust me, too heavy is no good at all.

Dan mungkin karena itu, saya tidak pernah sempat memikirkan mengenai anti teori ini. Orang lain (mereka yang bukan motivator, ataupun mereka yang tidak inclusive menceritakan permasalahan mereka) telah dengan sadar ataupun tidak sudah mencari anti teori itu ketika mereka menceritakan masalah mereka dengan orang lain (teman, pemimpin agama, psikolog dan lain sebagainya yang saya sebutkan tadi), dan orang lain itu memberi nasehat dalam sudut pandang mereka. Karena saya inclusive (bukan karena saya sok tidak mau dinasehati :p), saya tidak mendapatkan hal itu.

Teman saya tadi pun akhirnya memberi pandangan-pandangan menurut dirinya mengenai permasalahan saya, yang pada akhirnya cukup memberikan kelegaan bagi saya 🙂

Kesimpulannya? Bagaimana cara anda mendapatkan anti teori tersebut?

Pertama, for sure, two heads are better than one 🙂 no doubt about it. Ga peduli anda seorang yang hebat, pandai memotivasi orang, seorang pemimpin, mandiri dalam segalanya, dan bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, two heads are better than one. Pemikiran anda bisa jadi yang terbaik dan paling benar, tapi belum tentu bisa selalu menjadi yang terbaik dan paling benar 100% dalam hidup anda. Find a second opinion.

Kedua, jika tetap anda sangat inclusive dan susah membuka diri ke orang lain untuk menceritakan permasalahan anda, maka counter diri anda dan kesimpulan anda sendiri. Munculkan lawan dari kesimpulan anda, munculkan lawan dari teori dan pola pikir anda. Munculkan anti teori dalam pernyataan anda. Dan, coba terima hal itu. Coba merenungkan anti teori yang muncul itu.

Ketiga, jika cara kedua pun tetap tidak bisa anda terima, maka sehatkan dulu diri anda, sembuhkan dulu stres/frustasi/bete/ga mood/benci/amarah apapun yang saat ini menaungi anda. Ambillah waktu untuk menenangkan diri, meditasi, menjauh dari rutinitas anda. Dan setelah selesai, baru anda mencoba memikirkan kembali solusi dari masalah anda.

Selamat, ber anti teori.

=======================================================================

Tulisan ini dibuat untuk rekan saya yang memunculkan kata anti teori kepada saya, serta untuk mereka yang sedang mengalami demotivasi dalam hidupnya. Semoga anda menemukan kembali motivasi hidup anda.

=======================================================================

Permalink 8 Comments