Kebenaran

February 19, 2011 at 22:26 (Development Program) ()

=======================================================================

Tan Hana Dharma Mangrwa. Tiada kebenaran yang bermuka dua.

Kalimat diatas diambil dari petikan buku sutasoma karangan Empu Tantular, dimana kalimat pertamanya saya yakin pasti lebih anda kenal, Bhinneka Tunggal Ika.

Ya, “Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa” adalah kalimat lengkapnya, yang jika diartikan kurang lebih sebagai berikut: “Biarpun berbeda-beda tetapi satu jua, (karena) tiada kebenaran yang bermuka dua”.

Kalimat ini pula yang dijadikan sebagai semboyan dari Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI), entah mengapa, saya belum sempat mendapatkan jawabannya.

Tapi memang, tiada kebenaran yang bermuka dua. Entah kecil atau besar suatu perkara, mudah ataupun pelik kelihatannya, hanya akan ada satu nilai kebenaran yang ada. Itu pula sebabnya kita tidak akan pernah menemukan nilai seri dalam suatu pengadilan, tidak seperti permainan sepak bola di piala dunia yang memungkinkan nilai kedua team seri sampai peluit akhir berbunyi, karena kedua team bermain dengan bagus (atau jeleknya).

Sayangnya, kebenaran tidak selalu menang, tidak seperti yang kita lihat atau impikan dalam film ataupun imajinasi kita, tapi yang pasti kebenaran akan selalu terungkap pada akhirnya. Pertanyaannya, jika anda mengetahui kebenaran suatu nilai tersebut, apakah anda akan tetap tinggal diam (entah karena takut, tidak kuasa, ataupun tidak mau mencoba menegakkannya), atau berusaha mencapai nilai kebenaran itu apapun resikonya?

Saya yakin, Anda (sebagaimana juga dengan saya) seringkali menemukan suatu kejadian dimana kebenaran dikalahkan. Ketika koruptor dibebaskan, ketika pelaku-pelaku kejahatan masih dengan bebas memegang jabatan di pemerintahan, ketika pajak disalahgunakan tanpa adanya penegakan hukum yang benar. Saya pun tidak hanya risih mendengar dan melihat kesemuanya itu, tapi saya marah, marah karena kenapa tidak ada yang bisa menegakkan kebenaran itu. COBA KALO saya yang jadi pimpinan, pasti sudah saya tegakkan. Tapi benarkah saya bisa?

Mungkin Anda juga sering menanyakan hal serupa, kenapa begini, kenapa begitu, COBA KALO saya yang disana, pasti lain hasilnya. Tapi jika memang benar Anda yang disana, apakah memang akan lain hasilnya? Atau bisakah Anda dengan tegas melakukannya?

Penegakan kebenaran (sayangnya) tidak bisa dilakukan dengan mudah, terlalu banyak aspek dunia yang berusaha membengkokkan ataupun mematahkannya, sehingga sebenarnya sangat sulit untuk menegakkan kebenaran itu, tidak hanya membutuhkan sekedar kemauan ataupun tekad.

Percaya atau tidak, pihak-pihak yang berkeinginan membengkokkan atau mematahkan kebenaran tersebut (seringkali, kalau tidak boleh saya katakan selalu) lebih pintar daripada Anda atau tokoh-tokoh lain yang ingin menegakkan kebenaran tersebut. Mereka mempelajari dan mendalami hukum, mempertimbangkan segala aspek dan kemungkinan-kemungkinan yang ada, sehingga seolah-olah mereka bisa memanfaatkan peraturan-perarturan lainnya, setiap celah yang ada dan memunculkan kebenaran yang semu untuk mengalahkan kebenaran yang sejati tadi.

Sedangkan the good guys – nya (anggap saja saya atau Anda) lebih sering berdiam diri, dan pasrah terhadap peraturan yang ada. Kita hanya bisa berkoar-koar terhadap nilai kebenaran, tapi tidak bisa membuktikannya karena pengetahuan kita yang terbatas akan suatu peraturan, masalah, ataupun pola pikir.

Keterbatasan itulah yang pada akhirnya akan membuat kita kesulitan dalam menegakkan kebenaran tersebut, dan akhirnya seringkali kejahatan yang menang.

Jadi apa yang harus dilakukan sekarang? Well, kemauan untuk menegakkan kebenaran itu gampang, sangat gampang, baik untuk diucapkan ataupun hanya diangan-angankan, tapi jelas itu tidaklah cukup, Anda harus memiliki lebih dari sekedar kemauan ataupun angan-angan, Anda membutuhkan keberanian untuk menegakkannya.

Ya, saya yakin banyak dari Anda yang akan mengatakan bahwa Anda berani untuk menegakkannya, tapi sayangnya hal itu lebih nampak ketika dibuktikan daripada dikatakan. So, let’s skip this “bravery” part for this moment.

Nah, kembali ke bahasan sebelumnya, tidak hanya sekedar kemauan dan keberanian yang dibutuhkan. Tapi Anda perlu ilmu, Anda perlu pengetahuan. Kenapa? Karena mereka yang jahat, tidaklah bodoh, karena itu kebenaran pun harus lebih cerdas dari kejahatan. Jika kejahatan memprovokasi ratusan orang dalam tipu dayanya, kebenaran harus mampu mengubah pola pikir ratusan orang itu, agar kembali melihat ke kebenaran. Dan dalam merubah pola pikir itu kembali benar, tidaklah hanya dengan memberitahu mereka bahwa itu salah, tapi dengan meyakinkan mereka dengan segala pengetahuan kebenaran yang Anda miliki dalam setiap disiplin ilmu. (agak mbulet bahasanya, tapi semoga Anda bisa mengerti).

In the end, lengkapi diri Anda, tetaplah belajar, manage-lah wacana sebelum Anda berkata dan bertindak, dan terlepas dari kesemuanya, Menang ataupun kalah, KEBENARAN tetap lah harus diperjuangkan, apapun konsekuensinya.

Semoga nilai-nilai kebenaran akan tetap ada dan selalu diperjuangkan oleh mereka yang mau belajar dan mengajarkan kebenaran di negeri ini.

=======================================================================

1 Comment

  1. PPM Sulawesi Barat said,

    Menang ataupun kalah, KEBENARAN tetap lah harus diperjuangkan, apapun konsekuensinya

Leave a comment